Pengkhotbah

Perikop
Lukas 24:36-49

Ringkasan Khotbah

Kemuliaan kerajaan Allah yang ada di dalam kekekalan belum semuanya di nyatakan di sepanjang sejarah. Kalau Israel bisa membanggakan kejayaan dinasti Daud dan Salomo dalam kemewahan dan kemegahanya. Kasdim bisa juga membanggakan kebesaran Nebukatnezar dan kekuasaanya. Mesir bisa membanggakan keagungan piramidnya. Tiongkok berkuasa selama 5000 tahun tidak ada bangsa yang bisa menakklukkanya, kecuali perang dunia II Jepang bisa masuk sampai ke Tiongkok. Yunani dengan keagungan pemerintah Iskandar Agung dan peran para filsupnya, mempersatukan dunia dengan bahasa dan budaya Yunani. Roma tersohor dan termasyur dengan tentaranya dan seni. dll.

Kemuliaan bangsa-bangsa ini dalam perjalanan sejarah lenyap satu demi satu, setiap kemuliaan dunia ini sifatnya menghancurkan manusia. Maka tidak heran kalau kebangkitan suatu bangsa selalu menyebabkan kehancuran bagi bangsa lain. Tidak demikian dengan kemuliaan kerajaan Allah. Allah yang memiliki integritas yang tinggi ketika menyatakan kemuliaan-Nya di dunia ini, di mulia dengan pengorbanan Yesus Kristus putra tunggal-Nya.

Bagaimanakah Kemuliaan kerajaan Allah dinyatakan?

  1. Kemuliaan kerajaan Allah di nyatakan melalui kebangkitan Yesus Kristus. (36-43).

    Sejarah kebangkitan Yesus Kristus merupakan bukti bagi dunia tentang karya Agung Allah yang pernah ada untuk penyelamatan orang percaya kepada kebenaran sejarah itu. Teks ini adalah peristiwa sejarah penampakan Yesus Kristus setelah kebangkitanNya. Meskipun sekarang ini banya penentang kebenaran sejarah ini, Tuhan yang berkuasa atas sejarah tidak bisa di kalahkan oleh manusia yang mencoba menggagalkan bahkan usaha memanipulasi kebenaran sejarah ini.

    Kebangkitan Tuhan Yesus memberikan kita pengharapan bahwa:

    • Dibalik kematian masih ada kehidupan yang bisa di jalani bagi mereka yang percaya kepada kebenaran kebangkitan Yesus Kristus.
    • Yang dibangkitkan bukan hanya roh saja melainkan juga tubuh. (37-39). Tubuh sorgawi (1 Kor 15:40)
    • Memberikan ketegasan akan keraguan manusia terhadap kenyataan hidup setelah kematian (beyond the grave). Dibalik kematian ada kehidupan dan penghukuman. Hidup di dunia ini yang menentukan siapa kita nanti di balik kematian. Identitasnya bisa dipastikan saat kita masih hidup dalam dunia ini.
    • Kebangkitan Yesus Kristus adalah kepastian yang menjanjikan. Tidak ada tokok-tokoh agama dunia yang bangkit selain Yesus Kristus. Bukan Cuma bangkit, tetapi berbicara dan memberikan penghiburan.
    • Kebangkitanya mengalahkan Maut, dosa dan Iblis.

    Kemuliaan kerajaan Allah berpusat pada Kristus yang telah bangkit. Bagaimana dengan kita? Marilah kita percaya kepada kebenaran sejarah ini. Ini adalah kebenaran yang menyelamatkan. Jangan mau di geser oleh berbagai pengejaran dunia yang menjauhkan kita dari kebenaran ini. Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah bangkit. Maka kemuliaan kerajaan Allah akan kita alami di dunia ini maupun didunia yang akan datang kita akan melihat kenyataan kemuliaan kerajaan Allah yang tiada tara.

  2. Kemuliaan kerajaan Allah di nyatakan melalui berita Injil (44-48)

    Injil adalah berita yang menggairahkan, mengubahkan bahkan menghidupkan. Tidak ada berita yang sehebat injil. Mari kita lihat fakta sejarah. Fakta sejarah kebangkitan Yesus Kristus adalah salah satu kebenaran Injil yang penting dan mendasar. Sebelum terjadi kelahiran, kematian kebangkitan Yesus Kristus, semuanya telah di nubuatkan oleh para Nabi Tuhan berabad-abat yang lalu. Maka setelah nubuatan itu digenapi, Tuhan Yesus setelah kebangkitanya memerintahkan untuk memberitakan peristiwa ini kepada semua makhluk.

    apa yang sebenarnya yang terjadi dengan kebangkitan Kristus sesuai data-data Alkitab? Sesuai dengan data-data Alkitab, Kristus menampakkan diri-Nya kepada:

    1. Maria Magdalena, Salome, Yohana, dkk (Mrk. 16:1; Mat. 28:1; Luk. 24:10) yang mengunjungi kuburan Yesus menjadi saksi kebangkitan-Nya di mana: 1). mereka mendapat kabar dari malaikat bahwa Yesus telah bangkit (Mrk. 16:6; Mat. 28:5-6; Luk. 24:5-7). 2). Maria Magdalena berjumpa dengan Kristus sendiri (Yoh. 20:11-18)
    2. Petrus dan Yohanes (Yoh. 20:3-8)
    3. dua orang murid Kristus yang sedang berjalan menuju Emaus (Luk. 24:13-35)
    4. Semua murid (Luk. 24:36-49; Yoh. 20:19-23)
    5. Tomas (Yoh. 20:24-29)
    6. Murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias (Yoh. 21:1-14)
    7. 500 orang sekaligus (1Kor. 15:6)
    8. Yakobus (1Kor. 15:7)
    9. Paulus (Kis. 9:4-6; bdk. 1Kor. 15:8)

    Apa yang terjadi dengan orang-orang yang mempercayai fakta sejarah Kebangkitan Yesus Kristus?

    1. Petrus yang dahulu pengecut menjadi pengkhotbah yang berkuasa (Kis. 2:14-40). Kebangkitan Kristus mengubahkan seseorang yang dahulu penakut/pengecut menjadi seorang pemberani. Hal ini dialami pertama kali oleh rasul Petrus. Kita mengetahui dari kitab-kitab Injil bahwa Petrus adalah orang yang menyangkal Tuhan Yesus sebanyak 3x. Hal itu dilakukannya karena ia takut jika ia mengaku bahwa ia adalah pengikut-Nya, maka ia akan dihukum sama seperti Dia. Namun perubahan yang luar biasa dahsyat terjadi setelah Kristus bangkit, yaitu dengan kuasa Roh Kudus, Petrus yang dipenuhi Roh pada hari Pentakosta berani memberitakan Kristus yang mati dan bangkit kepada 3.000 orang sekaligus (Kis. 2:14-40). Tidak tanggung-tanggung, akibat dari penginjilan Petrus, dr. Lukas mencatat, “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.” (Kis. 2:41)

    2. Paulus menjangkau dunia bagi Kristus, meskipun harus mengalami penderitaan dan penganiayaan (1Kor. 15:30-32; 2Kor. 11:24-25). Perubahan yang dahsyat juga terjadi pada rasul Paulus. Dahulu ia adalah seorang penganiaya pengikut Jalan Tuhan (atau pengikut Kristus), namun sejak perjumpaan pribadinya dengan Tuhan Yesus di tengah perjalanan menuju Damsyik, ia dipakai Tuhan luar biasa memberitakan Injil ke seluruh dunia dari ujung hingga ujung, mulai dari paling ujung Timur yaitu Antiokhia dekat kota kelahirannya Tarsus hingga mencapai wilayah Barat yaitu Berea di daerah Yunani. Ia menjadi rasul Kristus dengan perjalanan misi paling luas melintasi negara. Bukan hanya itu, ia juga harus mengalami penderitaan dan penganiayaan yang berat yang tentu tidak sanggup dialami oleh manusia biasa jika bukan karena Kristus yang telah bangkit itu. Di dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, ia mendaftarkan beberapa penderitaan, kesulitan, dan penganiayaan yang harus ia tanggung:

      • Berjuang melawan binatang buas di Efesus (1Kor. 15:32)
      • “Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan” (2Kor. 11:24)
      • “tiga kali aku didera,” (2Kor. 11:25)
      • “satu kali aku dilempari dengan batu,” (2Kor. 11:25)
      • “tiga kali mengalami karam kapal,” (2Kor. 11:25)
      • “sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut.” (2Kor. 11:25)

      Misi Paulus demi Kristus yang telah bangkit itu berbeda total dengan misi agama tertentu. Jika misi agama tertentu ditandai dengan pedang, artinya mereka berperang (menganiaya orang lain) demi melebarkan agamanya, maka misi Injil melalui Paulus justru ia yang dianiaya. Tidak ada satu perlawanan fisik yang Paulus lakukan karena ia meneladani apa yang Kristus telah kerjakan dan teladankan baginya yaitu mengasihi orang yang membenci.

    3. Para murid Kristus dan misionaris menjadi martir. Selain Petrus dan Paulus, kita telah belajar bahwa menurut tradisi, Stefanus dan Yakobus adalah para martir yang rela mati demi memberitakan Kristus yang disalibkan dan bangkit (Kis. 7:60; 12:2). Rasul Tomas yang dahulu sempat meragukan kebangkitan Yesus akhirnya memberitakan Injil ke India dan mati syahid di sana; rasul Andreas memberitakan Injil ke Yunani dan Asia Kecil, bahkan menyeberang hingga ke pantai utara Laut Hitam dan di Yunani, ia disalibkan pada kayu salib yang berbentuk X karena melalui pelayanannya, istri prokonsul di kota Patrae, Yunani menjadi Kristen; rasul Bartolomeus dihubungkan dengan misi di India; Yakobus anak Alfeus memberitakan Injil hingga ke Spanyol; dll.8 Jika bukan karena Kristus yang telah bangkit, sanggupkah mereka melayani hingga ke negara-negara yang tak mereka kenal, seperti India, dll?

      Bukan hanya para murid Kristus yang menjadi martir, para misionaris setelah itu khususnya di abad modern telah diutus memberitakan Injil hingga ke daerah yang terpencil. Di Indonesia, kita mengenal Ludwig Ingwer Nommensen (6 Februari 1834–23 Mei 1918) yang memberitakan Injil di tanah Batak. Ada William Carey (17 Agustus 1761 – 9 Juni 1834) yang berasal dari gereja Baptis khusus memberitakan Injil di India dan mendirikan the Baptist Missionary Society, James Hudson Taylor (21 Mei 1832 – 3 Juni 1905) yang memberitakan Injil di China sekaligus mendirikan the China Inland Mission (CIM) (sekarang: OMF International), Charles Thomas (C. T.) Studd yang lahir di Inggris (2 Desember 1860-16 Juli 1931) yang memberitakan Injil di China dan Afrika (the Heart of Africa Mission; sekarang menjadi: the Worldwide Evangelization Crusade International (WEC International)), dll. Mereka semua memberitakan Injil dengan motivasi ingin memenangkan sebanyak mungkin orang bagi Kristus dengan berita Kristus yang telah mati dan bangkit. Tidak sedikit dari para misionaris yang rela mati dan dibunuh di negara tempat mereka memberitakan Injil. Itu semua karena kasih Kristus yang telah mati dan bangkit.

  3. Kemuliaan kerajaan Allah di nyatakan melalui Kuasa yang menyertai pemberitaan Injil. (49)

    Sekarang, apa dampak Kristus yang telah bangkit itu bagi kehidupan orang Kristen hari ini?

    1. Segala kuasa ada di bawah kaki-Nya (1Kor. 15:24-28; Rm. 8:38-39)

      Dampak pertama, karena Kristus telah bangkit sebagai buah sulung dari mereka yang akan bangkit kelak, maka (24) … Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. (25) Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. (26) Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. (27) Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya. Tetapi kalau dikatakan, bahwa “segala sesuatu telah ditaklukkan”, maka teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya. (28) Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.” (1Kor. 15:24-28)

      Empat ayat di atas mengajar kita bahwa karena Kristus bangkit, maka Bapa meletakkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus. Apa arti “segala sesuatu”? Di ayat 24, Paulus menjelaskan: pemerintahan, kekuasaan, dan kekuatan. Kata “pemerintahan” di ayat 24 tersebut dalam teks Yunaninya: βασιλείαν (basileian) seharusnya diterjemahkan Kerajaan, karena terjemahan ini lebih tepat dengan konteksnya yang membahas tentang Kristus sebagai Raja (ay. 25). Dan “segala sesuatu” yang harus ditaklukkan di bawah kaki Kristus yang merupakan musuh Allah adalah maut atau kematian (ay. 26). Di sini kita belajar bahwa ketika Kristus diadili untuk disalibkan, IA tidak mendapatkan keadilan, karena IA diadili oleh pemerintahan/kerajaan dan kekuasaan yang lebih memihak pada suara mayoritas (orang-orang Yahudi) yang menghendaki agar IA disalibkan, kekuatan massa yang mengakibatkan IA harus disalibkan (meskipun penyaliban Kristus terjadi atas kehendak Allah). Namun ketika IA bangkit dari kematian, IA akan mendirikan Kerajaan yang lebih dahsyat dan agung dan akan membinasakan semua kerajaan yang tidak tunduk di bawah pemerintahan-Nya. Tentu hal ini tidak berlaku di zaman sekarang, tetapi akan berlaku kelak di masa depan. Ini semua membuktikan bahwa Kristus yang bangkit adalah Allah yang bertakhta dan berdaulat penuh mengontrol segala sesuatu, sehingga tak ada satu pun di dunia ini yang luput dari kuasa-Nya sebagai Pribadi kedua di dalam Allah Trinitas.

      Terakhir, maut pun pasti ditaklukkan di bawah kaki-Nya karena kematian sudah hilang kuasanya tatkala Ia bangkit. Paulus mengatakan hal ini dengan jelas, (54)… Maut telah ditelan dalam kemenangan. (55) Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” (56) Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. (57) Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (1Kor. 15:54-57)

      Kebangkitan Kristus menaklukkan maut, lebih tepatnya, menelan kuasa maut. Ketika kemenangan Kristus melalui kebangkitan-Nya menelan maut, itu berarti maut tak lagi menguasai hidup umat-Nya yang telah percaya kepada Kristus. Meskipun umat-Nya nanti akan meninggal di dunia ini, kebangkitan Kristus menjamin mereka yang telah ditebus oleh-Nya akan menuju Sorga yang mulia bersama Bapa. Inilah kepastian jaminan Kristus yang telah bangkit yang tidak mungkin akan diberikan oleh pendiri agama maupun filsuf siapa pun di sepanjang sejarah!

      Jaminan kebangkitan-Nya ini mengakibatkan kita dapat berseru seperti seruan Paulus berikut ini (33) Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? (34) Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? (35)Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? (36) Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.” (37) Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. (38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Rm. 8:33-39)

    2. Umat-Nya juga mengalami kebangkitan tubuh (1Kor. 6:14; 15:12-13, 40-54; Ef. 2:6; Kol. 2:12; 1Tes. 4:14)

      Kristus yang telah bangkit akan membangkitkan kita kelak. Paulus mengatakan janji ini, “Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya.” (1Kor. 6:14; Ef. 2:6; Kol. 2:12; 1Tes. 4:14) Paulus menguraikan bagian ini lebih jelas lagi.

      (12) Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? (13) Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.” (1Kor. 15:12-13)

      Seperti apakah kebangkitan tubuh itu? Paulus menjelaskan bahwa tubuh yang akan kita kenakan kelak adalah pemberian Allah (1Kor. 15:38). Dan tubuh baru yang Allah berikan ini adalah tubuh sorgawi/rohaniah (1Kor. 15:40, 44) memiliki ciri-ciri:

      • Mulia (1Kor. 15:40, 43a) Ciri tubuh sorgawi pertama adalah mulia. Hal ini dibahas Paulus di ayat 40, “kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh duniawi.” Perbedaan antara tubuh sorgawi/rohaniah dan duniawi/alamiah ini diperjelas melalui ibarat, “Kemuliaan matahari lain dari pada kemuliaan bulan, dan kemuliaan bulan lain dari pada kemuliaan bintang-bintang, dan kemuliaan bintang yang satu berbeda dengan kemuliaan bintang yang lain.” (1Kor. 15:41) Di ayat 43a, perbedaan antara tubuh sorgawi dan duniawi dijelaskan, “Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan.” Di ayat 43a ini, Paulus tidak sedang mengajarkan bahwa tubuh yang kita miliki sekarang ini hina, lalu kita perlu menyiksanya. Tidak. Paulus tidak sedang mengajarkan penyiksaan diri (askese). Konteks Paulus adalah membandingkan antara tubuh sorgawi vs tubuh duniawi untuk menjelaskan bahwa orang-orang percaya pasti mengalami kebangkitan tubuh dan tubuh itu adalah tubuh sorgawi yang berbeda kualitas dari tubuh duniawi. Selain itu, kedua ayat ini (ay. 40 dan 43a) bukanlah berkontradiksi, tetapi saling berkaitan. Di ayat 40, Paulus menjelaskan bahwa tubuh sorgawi dan duniawi memiliki kemuliaan yang berbeda, nah di ayat 43a ini, Paulus menjelaskan detail bahwa kemuliaan tubuh duniawi ini sebenarnya lebih rendah dari kemuliaan tubuh sorgawi.

      • Kekal (1Kor. 15:42). Kemuliaan tubuh sorgawi ini dijelaskan lebih lanjut tentang sifat yang berkaitan dengan waktu, yaitu, “Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan.” (1Kor. 15:42) Kata “ketidakbinasaan” dalam ayat ini dalam teks Yunani ἀφθαρσίᾳ (aphtharsia) berarti immortality (kekekalan). Dengan kata lain, tubuh sorgawi yang mulia itu bersifat kekal, tidak bisa dimakan oleh waktu. Kita mengetahui bahwa tubuh jasmani yang kita miliki sekarang sangat dipengaruhi oleh waktu. Makin kita tua, wajah kita makin keriput, namun terus terang saya tidak dapat membayangkan betapa kekalnya tubuh sorgawi yang kita akan memiliki kelak yang tidak bisa dipengaruhi oleh waktu.

      • Kuat (1Kor. 15:43). Kemuliaan tubuh sorgawi juga dijelaskan tentang sifatnya yang kuat. Jika tubuh jasmani kita bersifat lemah, mudah sakit, maka tubuh sorgawi kita kelak akan menjadi kuat. Prof. David E. Garland, Ph.D. menghubungkan tubuh sorgawi kita yang bersifat kuat ini dengan nats di 2 Korintus 4:16, “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Sehingga tubuh sorgawi kita tidak akan mengalami sakit-penyakit lagi.

    3. Jangan berbuat dosa lagi (1Kor. 15:34).

      Selain memiliki hak sebagai anak-anak Allah yang menerima jaminan kepastian keselamatan karena Kristus yang telah bangkit dan kebangkitan tubuh kelak, kita sebagai umat pilihan-Nya memiliki kewajiban yang perlu dilakukan, yaitu, “Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi!” (1Kor. 15:34) Frase “berbuat dosa” di dalam ayat ini dalam teks Yunaninya ἁμαρτάνετε (hamartanete) yang merupakan bentuk perintah. Konteks 1 Korintus 15 sedang membicarakan kebangkitan Kristus dan kebangkitan tubuh yang akan dialami oleh orang-orang yang percaya kepada-Nya, sehingga jika kita sudah beriman bahwa Kristus bangkit dan akan membangkitkan kita kelak, maka sebagai respons, Paulus memerintahkan kita untuk tidak berbuat dosa lagi. Bagaimana dengan kita? Biarlah perenungan kita akan momen Paskah tahun ini menjadi refleksi bagi kita sekaligus mendorong tekad kita untuk terus hidup bagi Kristus dan tidak mau berbuat dosa lagi.