Pengkhotbah

Perikop
Yohanes 5:1-18

Ringkasan Khotbah

Dalam Yoh 5:6, Tuhan Yesus berkata kepada orang lumpuh itu “maukah engkau sembuh?”  Padahal Tuhan Yesus tentunya tahu bahwa orang itu membutuhkan kesembuhan.  Melalui pertanyaan ini, ada tiga pengharapan yang Tuhan Yesus berikan kepada kita:

1. Tuhan Yesus mengarahkan pandangan orang ini dari kegagalan masa lalunya kepada pengharapan di dalam Tuhan Yesus ( Yoh. 5:7).  Ketika Tuhan Yesus bertanya kepada orang ini maukah ia sembuh, maka jawab-nya dalam ayat.7 adalah cetusan kekecewaan dan kegagalan masa lalu yang membuat dia tidak lagi punya pengharapan walaupun sudah 38 tahun dia berjuang untuk sembuh melalui goncangan air kolam itu.  Tuhan Yesus menerintahkan agar dia berdiri dan mengangkat tilam-nya.  Kalimat ini mengalihkan pandangan orang lumpuh itu dari kegagalan masa lalu untuk memandang kepada Tuhan, dimana ada jaminan pertolongan yang baru dalam memandang kepada Tuhan.

2. Jangan mengkotakan/ mengkerdilkan cara kerja Tuhan dengan satu metode/cara yang kita pikirkan (Yoh 5:8-9).  Tuhan Yesus mau memberikan pengharapan kepada orang lumpuh itu bahwa kuasa-Nya mampu melakukan sesuatu yang tidak mungkin, kuasa-Nya lebih besar dari pengalaman hidup orang lumpuh itu.  Pikiran orang lumpuh ini hanya terfokus kepada pengalaman yang dialaminya pada saat itu (Yoh 5:7), bahwa kesembuhannya hanya dapat terjadi apabila menjadi yang pertama masuk ke kolam itu sehingga ia tidak melihat ada peluang lain yang dapat menolongnya.  Pertanyaan Yesus maukah engkau sembuh berarti: “Maukah engkau melepaskan dirimu dari bendungan konsepmu itu dan maukah engkau melihat dan bergantung kepada-Ku?” Melalui kedua ayat ini Tuhan Yesus mengajak kita untuk tidak membendung diri kita berdasarkan konsep/pengalaman kita, tetapi kita selalu terbuka kepada-Nya, meminta pertolongan-Nya dan selalu bergantung kepada-Nya sehingga kehendak-Nya terjadi dalam hidup kita.

3. Tuhan Yesus menawarkan kepada orang lumpuh itu: “Maukah engkau taat dan menaklukkan dirimu secara mutlak, menaklukkan segala kehendakmu di bawah kehendak-Ku?” (Yoh 5:8-9).  Point ketiga ini menuntut penundukkan mutlak kehendak orang ini kepada kehendak Tuhan Yesus, oleh karena saat itu adalah hari sabat maka dilarang untuk menyembuhkan orang sakit serta mengangkat barang apapun termasuk mengangkat tilam seperti yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus kepada orang yang sakit ini.  Ketika orang ini taat kepada Tuhan maka secara simultan ia harus mengangkat tilamnya.  Dengan begitu ia melanggar tuntutan hukum Taurat, dianggap bersalah dan harus menerima sanksi atau hukuman dari pihak tua-tua Yahudi serta ahli-alhi Taurat. Namun karena penyerahan-nya kepada Tuhan maka dalam anugerah Allah ia mengalami kesembuhan dan juga tidak menerima sanksi dari akibat pelanggarannya atas hukum Taurat.  Dengan demikian Tuhan Yesus mengajak kita untuk taat menundukkan pengalaman/konsep kita di bawah perintah Tuhan Yesus.  Dengan demikian kita akan melihat karya Allah terjadi di dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, definisi iman yang benar adalah menaklukan konsep berpikir/rasio kita dan kebenaran Firman Allah berlaku mutlak dalam kehidupan kita.